Pematang Siantar, PRESISI-NEWS.com
Bisnis budidaya ternak unggas ayam pedaging masih menjadi primadona bagi kalangan masyarakat Indonesia. Meski terbilang bukanlah usaha yang bermodal kecil, tapi nilai keuntungan dan masa panen yang cepat tentu menjadi daya tarik tersendiri bagi calon pebisnis.
Umar Harahap, 34 tahun, adalah salah satu contoh pengusaha muda asal Kota Pematang Siantar, Sumatera Utara, yang tertarik menggeluti bisnis ternak unggas jenis ayam pedaging. Dia memulai usaha tersebut sejak tahun 2016 silam.
“Saya menekuni usaha ini sekitar tahun 2016, Bang. Modalnya nggak sampai ratusan juta. Kecil-kecilan dulu, lah, Bang,” ujar pria berkulit putih itu membuka obrolan dengan didampingi salah seorang karyawannya, Ida, pada Senin (26/06/2023) sore.
Dia mengatakan sempat ragu dengan usaha rintisannya ini. Sebab, dia sempat merasa kesulitan menemukan lokasi kandang peternakan yang berjauhan dengan lokasi penduduk. Meski begitu, akhirnya Umar menemukan lokasi yang dianggap aman dan tidak mengganggu warga sekitar dari aspek kesehatan di kawasan Kecamatan Siantar Martoba. Dia pun kemudian menjalin kerjasama kemitraan dengan salah satu perusahaan penyuplai bibit ayam pedaging.
Di awal perjalanan usahanya, bermodalkan ilmu otodidak yang didapatkannya dari menonton video Youtube, Umar melakukan apa yang sebagaimana biasanya peternak lakukan.
“Saya mengikuti seperti apa yang di YouTube, Bang. Sejak matahari terbit, saya dan seorang karyawan saya mulai kasih makan dan minum serta nutrisi untuk ayam. Tiap 2 jam harus diisi ulang pakannya itu karena ayam ini kan baru menetas diserahkan PT ke kita, jadi dalam masa pertumbuhan. Intinya, makanan untuk ternak ayam pedaging ini tidak terbatas atau dibatasi,” ujarnya sambil mengenang masa-masa merintis usaha peternakan ayam pedaging sistem kemitraan.
Tidak berhenti di situ, sambungnya lagi, mereka rutin membersihkan kandang agar ternak ayam terhindar dari penyakit.
“Saya sangat serius dalam usaha ini, Bang. Karena ini mata pencaharian utama saya. Apalagi saya dengar ayam ini kan rawan dengan penyakit. Kalau lingkungannya kotor, ayam mudah terpapar virus. Kalau satu ekor aja udah kena virus, yang lain pasti tertular,” jelasnya.
Kini setelah 7 tahun berjalan, Umar sudah mampu mempekerjakan 4 orang karyawan yang bertugas mengurus ternak yang jumlahnya mencapai 10.000 ekor.
“Kalau dulu awal-awal merintis, saya dibantu satu orang tenaga saja. Kalau sekarang dengan jumlah ternak sepuluh ribu ekor rasanya nggak sanggup makanya saya rekrut lagi tenaga kerja tiga orang. Kita ini kan bermitra dengan PT. Tugas kita peternak ayam pedaging ini hanya merawat dan membesarkan ayam mulai dari usia baru netas sampai tiba waktunya panen di usia ayam mencapai 35 hari,” ungkapnya.
Saat ditanya mengenai keuntungan riil dari berbisnis ternak ayam pedaging, dengan wajah tersipu Umar mengatakan bahwa hasilnya bisa ditabung sekaligus mengupah 4 orang karyawan.
“Alhamdulillah hasilnya menjanjikan, Bang. Setiap 35 hari panen, saya mendapat sekitar 60 juta. Jadi bisa membayar gaji karyawan dan kebutuhan hidup selama sebulan. Selebihnya ya ditabung,” pungkasnya.
“Ada juga sih, Bang, kalanya kita merugi atau impas. Tapi lebih banyak untungnya, sudah stabil,” imbuhnya lagi.
Umar mengungkapkan keinginannya menambah kandang lagi yang strategis dan jauh dari pemukiman. Sebab, lanjutnya, keuntungan bisnis ternak ayam pedaging atau broiler lebih pasti dan dinamis.
Di akhir perbincangan, Umar memberikan sedikit motivasi kepada para calon pebisnis ternak ayam pedaging untuk mempelajari detail tata cara beternak ayam dan tidak takut untuk memulai.
“Untuk yang mau memulai bisnis ayam broiler, pelajarilah teknik beternak ayam pedaging. Cara merawat dan membesarkannya, mengatur pakan dan nutrisinya. Jangan kebanyakan mikir resiko. Langsung mulai aja. Kalau pun gagal, itu awal dari kesuksesan,” tutupnya (red)