PRESISI-NEWS.COM , Batu Bara.
Sepuluh mahasiswa dan mahasiswi Universitas Islam Negeri Sumatera Utara (UINSU) Jurusan Sejarah Peradaban Islam, menjalankan tugas Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Museum Perjuangan Pers Sumatera Utara (Sumut) baru-baru ini. PKL tersebut dipimpin Suryedi.
Kehadiran mereka diterima Ketua Museum Perjuangan Pers Sumut, H.Muhammad TWH yang saat itu menyatakan bahwa museum ini didirikan untuk melestarikan nilai-nilai perjuangan kemerdekaan dan perjuangan pers.
“Kalau tidak dilestarikan dikuatirkan sejarah tersebut akan dilupakan generasi penerus bangsa, Saya tidak mau hal seperti itu terjadi, makanya saya mendirikan museum ini dengan keterbatasan dana, di sebagian rumah saya,”katanya.
Selama 10 hari mereka menelaah dan mendesain tokoh-tokoh pejuang juga tokoh agama di Front Barat Medan Area. Tokoh pejuang itu antara lain, H. Halim Hasan dan H. Zainul Arifin Abbas, mereka berdua yang memimpin pasukan Hizbullah dalam pertempuran di Front Medan.
Para mahasiswa itu juga mendesain tokoh pejuang dan melestarikan gambar Panglima Belanda, Jendera S. Spoor yang tewas karena dihadang pasukan Republik Indonesia (RI) dekat Sibolga.
Pantauan wartawan, mereka tampak antusias melakoni PKL di Museum Perjuangan Pers Sumut. Meneliti sejauh mana perjuangan yang dilakukan para pejuang dalam merebut Kemerdekaan RI.
Setelah mengamati foto-foto para pejuang kemerdekaan dan pejuang pers, mereka beistirahat di Pondok Cerita Museum Perjuangan Pers. Lalu mereka berdiskusi mengenai kedatangan Islam ke Nusantara.
Diantara mahasiwa itu menjelaskan bahwa berdasarkan bukti sejarah yang paling banyak peninggalan sejarah adalah di Samudera Pasai.
Menurut Suryedi, dalam peninggalan sejarah tersebut bukan saja makam yang ditemukan tetapi juga uang emas (Dirham) yang sampai sekarang digunakan sebagai gelang wanita di Aceh.
Malah menurut hasil penelitian Prof. Ibrahim Alfian disebutkan bahwa bahasa Melayu berasal dari daerah Samudera Pasai atau yang dikenal dengan Kerajaan Samudera Pasai. (abis)