Presisi-News.com -Bali
Saat ini dunia masih diliputi dengan ketidakpastian yang tinggi akibat pandemi. Pemulihan yang mulai tampak tidak terjadi secara merata antara negara maju dan berkembang yang masih berusaha untuk pulih dari pandemi karena akses vaksin yang masih terbatas.
Menguatnya kinerja ekonomi global khususnya negara maju yang diikuti dengan naiknya tekanan inflasi juga mendorong perubahan kebijakan yang lebih ketat (Tapering), sehingga pemulihan yang tidak merata berpotensi semakin parah. Sementara itu, pandemi yang berkepanjangan akan menimbulkan scarring effect.
Menteri Keuangan (Menkeu), Sri Mulyani Indrawati dan Gubernur BI, Perry Warjiyo menyatakan itu saat konferensi pers di Nusa Dua, Provinsi Bali, Kamis (09/12/2021) tadi siang, tetrkait dimulainya pertemuan Presidensi G20 Indonesia di jalur keuangan (finance track) pada Kamis (09/12/2021) dengan diawali pertemuan Finance and Central Bank Deputies Meeting (FCBD) pertama yang berlangsung pada 9-10 Desember 2021.
Hal ini disampaikan oleh Menteri Keuangan (Menkeu), Sri Mulyani Indrawati dan Gubernur BI, Perry Warjiyo dalam konferensi pers di Nusa Dua, Provinsi Bali, Kamis (09/12/2021) tadi siang.
Menurut Sri Mulyani dan Perry Warijiyo, exit strategy yang tepat dan upaya mengatasi masalah scarring effect menjadi prasyarat pemulihan yang berkelanjutan. Oleh sebab itu, agenda utama presidensi G20 Indonesia sebagaimana arahan Presiden RI mengerucut pada 3 bidang yaitu kesehatan yang inklusif, transformasi digital dan transisi energi.
“Selain mewujudkan vaksinasi yang merata, presidensi G20 Indonesia diharapkan sukses dalam mempercepat digitalisasi dan mengarahkan koordinasi kebijakan global terkait pembiayaan perubahan iklim,”ucap Sri Mulyani dalam siaran rilisnya.
Lebih jauh Menteri Keuangan (Menkeu), Sri Mulyani Indrawati menyampaikan kekuatan Indonesia ini akan menjadi ajang bagi Indonesia menunjukkan perannya dalam memimpin forum global untuk mengatasi berbagai tantangan dan isu di tingkat dunia.