Untuk itu KemenKopUKM sambungnya, akan melakukan asistensi. Bagaimana memberikan literasi dan pendampingan kepada pelaku koperasi di Bajawa, sehingga mereka bisa melakukan konsolidasi. “Setidak-tidaknya ada disepakati melalui wadah koperasi besar untuk bisa mengayomi, menjadi agregator bagi petani kopi di sana,” jelas dia.
Diakui Zabadi, memang produk kopi dari Bajawa banyak yang diserap oleh offtaker, dan belum ada koperasi secara khusus dari Ngada yang melakukan ekspor. Ekspor hanya dilakukan oleh offtaker. Kalau begini, koperasi tak memiliki tidak memperoleh nilai tambah yang signifikan dan posisi tawar menawar yang kuat.
Beberapa dari mereka juga mengaku sangat membutuhkan investasi untuk membeli alat yang lebih mumpuni. “Ya kalau koperasi nya kecil mau investasi biayanya jadi mahal. Kalau dikonsolidasikan kan jauh lebih murah, setidaknya ada koperasi sekunder atau minimal koperasi besar yang menghimpun mereka. Sehingga investasi tak jadi kelemahan, mereka tinggal maklun seperti rumah produksi bersama, menjadi kekuatan bisnis kopi yang lebih besar lagi,” rinci Zabadi
Kalau bicara potensi dan kualitas, sambung Zabadi, kopi arabika Bajawa sudah dikenal dan diakui dunia, bahkan mendapatkan Indication Geografis (IG) sendiri, sebagai pengakuan atas kualitas baik dan digemari. “Yang besar-besar aja di-merger, itu namanya strategi bisnis dan bisa dilakukan oleh entitas bisnis apapun untuk menjadi perusahaan lebih kompetitif,” ungkap Zabadi.